Jika kamu mendengar Jakarta Pusat, apa yang terpikir di benakmu? Pusat pemerintahan Jakarta-kah atau sebuah wilayah yang berada persis di tengah-tengah kota Jakarta? Ya, keduanya tidak salah. Jakarta Pusat merupakan pusat pemerintahan DKI Jakarta karena di tengah pusat Jakarta. Inilah lokasi balai kota DKI Jakarta berada dan juga merupakan wilayah yang berbatasan dengan keempat wilayah Jakarta lainnya. Tapi selain balai kota DKI Jakarta, di Jakarta Pusat juga terdapat tempat-tempat wisata yang wajib dikunjungi untuk mengisi liburan kamu.
Supaya kamu tidak penasaran lebih lama, yuk simak beberapa tempat wisata di Jakarta Pusat yang wajib dikunjungi berikut ini:
Monumen Nasional (Monas)
Berada tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Monumen Nasional atau yang biasa disebut Monas atau Tugu Monas ini merupakan monumen peringatan untuk mengenang perjuangan dan perlawanan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda. Dengan tinggi 132 meter dan dimahkotai dengan lidah api berlapis emas, Monas menjadi tempat wisata yang selalu ramai dipadati turis domestik dan turis manca negara. Selain itu Monas juga menjadi pusat informasi tentang sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga tidak mengherankan Monas selalu menjadi tempat yang wajib dikunjungi oleh para pelajar yang sedang melakukan study tour.
Monas mulai dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan konsep Lingga dan Yoni, lambang kesuburan dan kesatuan yang harmonis dan saling melengkapi. Tugu obelisk yang menjulang tinggi mencerminkan lingga sebagai lambang laki-laki, elemen maskulin dan simbol siang hari, sedangkan cawan landasan obelisk sebagai Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminim dan simbol malam hari. Lain halnya dengan bentuk tugu monas, bentuk Tugu Monas juga bisa diibaratkan sebagai sepasang “alu “ dan “lesung”, alat penumbuk padi yang terdapat di dalam setiap rumah tangga petani Indonesia sehingga konsep yang diusung Monas sangat sarat dengan budaya khas bangsa Indonesia.
Memasuki komplek Monumen Nasional kamu akan disambut dengan kolam berukuran 25×25 meter yang berfungsi sebagai oase kota di tengah Taman Medan Merdeka Utara. Di dekat kolam tersebut terdapat patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda dan kolam air mancur yang dapat menari. Pertunjukan air mancur itu sendiri sudah merupakan daya tarik tersendiri yang sayang untuk dilewatkan. Bila kamu ingin menyaksikan pertunjukan air mancur menari kamu bisa menyaksikannya pada setiap akhir pekan pk 19.30 WIB dan pk 20.30 WIB, masing-masing sesi selama 30 menit.
Di dekat Patung Pangeran Diponegoro inilah terdapat pintu masuk Monas yang berupa terowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang Monas. Siapkan uang sebesar Rp 20.000 untuk pengunjung dewasa dan Rp 10.000 untuk pengunjung anak-anak untuk membeli tiket masuk di loket tiket yang berada di ujung terowongan. Apabila kamu ingin menuju pelataran puncak, cukup membayar sebesar Rp 7.500 untuk orang dewasa dan Rp 3.500 untuk pengunjung anak-anak. Saat kamu naik lagi ke sisi utara Monas, kamu bisa memilih apakah ingin berkeliling untuk melihat relief sejarah perjuangan bangsa Indonesia, atau bisa langsung menuju ke dalam Museum Sejarah Nasional. Bisa juga langsung menuju ke ruang kemerdekaan atau menaiki lift untuk menuju pelataran puncak Monas yang masing-masing mempunyai keistimewaan tersendiri. Berikut adalah penjelasan singkatnya.
Relief Sejarah Indonesia
Relief yang terbuat dari semen dan kerangka pipa atau logam ini mengelilingi monumen menggambarkan sejarah bangsa Indonesia dari kejayaan Nusantara di masa lampau hingga pembangunan Indonesia di masa kini. Dimulai dari sudut timur laut, relief ini menampilkan sejarah kerajaan Singasari dan Majapahit lalu secara kronologi searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya dan barat laut yang mana digambarkan perjuangan rakyat Indonesia pada saat penjajahan Belanda, pahlawan-pahlawan nasional, terbentuknya organisasi modern pada awal abad 20, Sumpah Pemuda, masa penjajahan Jepang, Perang Dunia II, proklamasi Indonesia hingga masa pembangunan Indonesia modern.
Museum Sejarah Nasional
Berada di kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah dan berukuran luas 80×80 meter, ruang besar museum ini dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Museum Sejarah Nasional adalah tempat yang seringkali dikunjungi oleh pelajar karena mempunyai 51 diorama menarik yang menampilkan tentang sejarah Bangsa Indonesia sejak jaman pra sejarah hingga Orde baru.
Ruang Kemerdekaan
Terletak di dalam cawan Monumen Nasional, terdapat Ruang Kemerdekaan yang berbentuk amphitheater. Disebut Ruang Kemerdekaan karena di ruang ini tersimpan naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,lambang negara Indonesia dan peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas. Terdapat juga pintu yang dikenal dengan Gerbang Kemerdekaan yang pada saat membuka akan memperdengarkan lagu “Padamu Negeri” dan diikuti rekaman suara Sukarno saat membacakan naskah Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Sayang sekali saat ini bendera asli Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak lagi dipamerkan dikarenakan kondisinya yang sudah semakin tua dan rapuh.
Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Bila kamu ingin menikmati pemandangan Jakarta dari ketinggian, kamu dapat menyaksikannya melalui teropong yang ada di Pelataran puncak Tugu Monas. Untuk dapat mencapai Pelataran Puncak tersebut, kamu harus melalui sebuah lift yang ada di pintu sisi sebelah selatan. Pelataran puncak yang berada di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah ini mempunyai ukuran 11×11 meter dan dapat menampung sekitar 50 orang.
Pada puncak Tugu Monas terdapat lampu perunggu yang dilapisi emas seberat 50 kilogram sehingga terlihat bagaikan lidah api yang selalu menyala. Hal ini sesuai dengan filosofi yang terkandung dari obor tersebut, yaitu berupa “Api Nan Tak Kunjung Padam’, yang menyimbolkan perjuangan Bangsa Indonesia yang selalu menyala dan tidak pernah padam sepanjang masa.
Gereja Katedral Jakarta Pusat
Daya tarik dari gereja Katedral terletak pada arsitekturnya yang bercirikan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yaitu sebuah arsitektur yang biasa digunakan untuk membangun gedung gereja pada beberapa abad yang lalu.
Pada pertengahan tahun 1891 dimulai pembangunan gereja yang ditandai dengan peletakan batu pertama. Sebagai arsitek dan perencana pembangunan gereja ini ditunjuklah Pastor Antonius Dijkmans, SJ. Sayangnya pembangunan gereja tidaklah berjalan mulus dan terpaksa beberapa kali terhenti dikarenakan beberapa faktor, seperti kurangnya dana pembangunan gereja selama bertahun-tahun dan menurunnya kondisi kesehatan Pastor Anton Dijkmans sehingga beliau terpaksa harus kembali ke Belanda kemudian meninggal pada tahun 1922. Barulah pada tanggal 21 April 1901, Mgr Edmundus Sybradus Luypen, SJ meresmikan dan memberkati gereja yang diberi nama Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga ini. Peresmian gereja diiringi oleh Paduan Suara Sancta Caecilia, yang didirikan oleh CG Van Arcken pada tanggal 22 November 1865. Mulai sejak peresmian tersebut, gereja ini disebut Katedral, karena terdapat cathedra (Tahta Uskup) di dalamnya. Jika menilik dari tahun peletakan batu pertama yaitu tahun 1891 dan peresmian pada tahun 1901, terlihat begitu lamanya gereja ini dibangun, yaitu sekitar 10 tahun. Namun sebenarnya pembangunan gereja hanya memakan waktu 3 tahun, 7 tahun selebihnya pembangunan gereja terhenti karena ketiadaan dana.
Keindahan Gereja Katedral terletak pada eksterior dan interior yang dimiliki oleh gereja yang beralamat di Jl Katedral No 7B ini, seperti misalnya:
- 3 menara yang terbuat dari besi, yaitu: Menara Benteng Daud, Menara Angelus Dei dan Menara Gading. Di Menara Gading ini terdapat jam yang bertuliskan Van Arcken & Co pada mesinnya.
- 3 lonceng: lonceng di Menara Gading merupakan sumbangan dari Tuan Chasse. Clemens George Marie van Acrken menyumbangkan lonceng yang diletakkan di Menara Benteng Daud sedangkan lonceng yang paling besar adalah hadiah dari Tuan JH de Witt.
- Goa Maria yang berada di halaman samping gereja mempunyai bentuk fisik yang serupa dengan Goa Maria di Lourdes, Perancis.
- Pada pintu utama terdapat sebuah Patung Bunda Maria dan tulisan Beatam Me Dicentes Omnes, dimana artinya adalah Semua Keturunan Menyebut Aku Bahagia.
- Rozeta, yaitu jendela bercorak Rosa Mystica sebagai lambang dari Bunda Maria dan terletak di atas gerbang utama.
- Lukisan Jalan Salib yang dilukis di atas ubin dan dibuat oleh Theo Malkenboet.
- Pada tengah depan terdapat Mimbar Pengetahuan, mimbar ini adalah hadiah dari Imamat Mgr Luypen yang didirikan oleh Pastor Wenneker.
- Pipa orgel dibuat pada tahun 1988 di Belgia.
- Katedra, yaitu tempat duduk uskup pada saat memimpin misa.
- Terdapat 3 altar: Altar utama berhiaskan relief dan patung 12 murid Yesus beserta Ignatius de Loyola dan Franciscus Xaverius; Altar Maria berhiaskan relief kehidupan Bunda Maria dan Altar Yoseph yang berhiaskan relief kehidupan Santo Yosep.
Selain itu Gereja Katedral memiliki sebuah museum yang terletak di balkon gereja. Pembuatan museum ini diprakarsai oleh Pater Rudolf Kurris dan diresmikan pada tanggal 28 April 1991. Museum Katedral berisikan Piala dan Kasula Paus Yohanes Paulus II, dua versi buku misa berbahasa latin yang digunakan pada masa pra-Vatikan II, mitra dan tongkat gembala Paus Paulus VI, lukisan dari batang pohon pisang karya Kusni Kasdut, relikui santo dan santa serta orgel pipa asli.
Masjid Istiqlal Jakarta
Berseberangan dengan Gereja Katedral adalah Masjid Istiqlal, sebuah masjid megah yang merupakan kebanggaan warga Jakarta. Masjid yang mempunyai arti harafiah masjid merdeka ini mulai dibangun pada tanggal 24 Agustus 1951 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Presiden RI saat itu, yaitu Bpk Ir Soekarno. Uniknya, arsitek Masjid Istiqlal ini adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.
Masjid Istiqlal mengambil gaya arsitektur modern dan dihiasi ornamen geometrik dari baja yang anti karat. Bangunan utam dimahkotai oleh satu kubah besar dengan diameter 45 meter dan ditopang oleh 12 tiang besar. Di sudut selatan selasar masjid berdiri menara tunggal setinggi 96,66 meter . Terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar, Masjid Istiqlal mampu menampung sekitar 200.000 jamaah.
Pada mulanya terjadi perbedaan pendapat mengenai lokasi pendirian Masjid Istiqlal. Menurut wakil presiden RI masa itu, Ir H M. Hatta, lokasi yang paling sesuai untuk pendirian Masjid Istiqlal adalah di Jl Moh Husni Thamrin, yang saat ini menjadi lokasi berdiri Hotel Indonesia. Alasan beliau karena masyarakat di sekitar lokasi tersebut beragama Islam dan belum berdiri bangunan apa-apa di atasnya. Sedangkan Ir Soekarno mengusulkan lokasi Masjid Istiqlal adalah di Taman Wilhelmina, yang dikeliling oleh bangunan pemerintahan, pusat perdagangan dan dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini selaras dengan simbol dari kekuasaan keraton di Pulau Jawa dan di daerah lain, yaitu masjid harus berdekatan dengan keraton atau alun-alun. Dalam hal ini Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun. Namun menurut presiden Soekarno, beliau juga menginginkan lokasi Masjid Istiqlal agar berdampingan dengan Gereja Katedral sebagai lambang persaudaraan, persaudaraan dan toleransi antar umat beragama sesuai dengan Pancasila. Setelah diadakan musyawarah akhirnya dicapai kata sepakat bahwa lokasi Masjid Istiqlal ditetapkan di Taman Wilhelmina.
Museum Nasional di Jakarta
Dasar pendirian museum yang berada di Jl.Medan Merdeka Barat no 12 ini, berawal dari pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 1778, ketua perkumpulan JCM Radermacher menyumbang sebuah gedung di Jl Kalibesar berikut buku dan benda-benda budaya. Kemudian dalam masa pemerintahan Inggris pada tahun 1811-1816, Sir Thomas Stamford Raffles yang merupakan direktur dari perkumpulan tersebut memerintahkan pembangunan sebuah gedung baru yang akan digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan di Jl Majapahit No 3.
Setelah museum tidak lagi dapat memuat koleksinya yang bertambah banyak, pada tahun 1862 pemerintahan Hindia Belanda mendirikan gedung di lokasi yang sekarang. Tapi baru pada tahun 1868 museum dibuka untuk umum. Pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia selaku pengelola museum menyerahkan museum tersebut kepada pemerintah Republik IndonesiaLembaga Kebudayaan Indonesia.
Pada tahun 1871 Raja Chulalongkorn dari Thailand menghadiahkan patung gajah berbahan perunggu dan dipasang di halaman depan museum sehingga tidak jarang Museum Nasional dikenal juga dengan Museum Gajah.
Koleksi yang dimiliki oleh Museum Nasional yaitu: arca-arca kuno, prasasti, relik sejarah, buku langka, keramik kuno, tekstil kuno dan masih banyak lagi. Menurut catatan tahun 2006, koleksi yang dimiliki oleh Museum Nasional berjumlah lebih dari 140.000 buah dan membuat museum ini dikenal sebagai museum terlengkap di Indonesia selain sebagai museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Demikian beberapa tempat wisata menarik di Jakarta Pusat yang wajib dikunjungi, semoga artikel ini dapat membantu kamu dalam mengisi liburan kamu. Untuk tempat-tempat wisata lainnya dapat kamu baca di artikel kami yang lain.